Jumat, 20 November 2015




         ADAB BERHUBUNGAN BADAN  SUAMI ISTRI

                     Oleh : Muhammad Subhan, S.Ag
                     Penghulu KUA Kec. Dumai Timur  



            

Kehadiran pasangan suami istri yang sah secara syar’i dan hukum positif adalah titik awal peradaban dimulai. Kematangan fsikologis, fisiologis serta kepahaman ilmu berumah tangga dari pasangan suami istri sangat menentukan kualitas rumah tangga yang akan dijalani. Dengan demikian, harapan melahirkan keturunan yang memiliki nilai-nilai Robbani, Qur’ani dan Islami sebagai batu bata masyarakat berperadaban ( madani / civil socity ) akan terwujud.
            Hubungan badan ( jima’ ) antara suami istri yang didasari tunjuk ajar Islam adalah salah satu kunci yang harus dipahami agar hubungan badan tersebut bernilai ibadah, menguatkan rasa kasih sayang, menyehatkan juga akan melahirkan generasi yang berbobot dari segi jasadiyah, ruhiyah dan aqliyah . Realita  objektif, berdasar pengalaman menghadapi calon pengatin ( catin ) ketika pelaksanaan penataran pra nikah, umumnya mereka kurang bahkan tidak mengetahui adab jima’ yang paling mendasar untuk dilakukan. Kenyataan ini memang memprihatinkan. Dengan waktu yang relatif singkat tentu materi adabu jima’ tidak dapat disampaikan secara komprehensif. Sebagai langkah antisipatif sekaligus PR kepada catin diharapkan untuk mencari dan mempelajarinya secara mandiri.
            Mencermati kondisi di atas perlu ada solusi riil yang bisa dijadikan bahan bacaan dan petunjuk praktis dalam melakukan hubungan suami istri. Walaupun saat ini sudah banyak buku-buku yang membahas permasalahan tersebut. Dalam kesempatan ini , dengan segala keterbatasan, saya mencoba menyajikan tulisan yang dirangkum dari beberapa buku yang membahas tentang adab jima’.

A. Bahan Harus Berkualitas
            Dalam surat An-Nisa’ ayat pertama Allah SWT menjelaskan bahwa asal mula manusia - kecuali manusia pertama - dari seorang laki-laki dan perempuan. Adapun proses terjadinya manusia dimulai dari petemuan sperma dan sel telur ( ovum ), selanjutnya mengalami proses perkembangan sebagaimana bisa dibaca pada ayat-ayat    Al-Qur’an yang berkaitan tentang hal tersebut. Akhir dari proses tersebut lahirlah janin atau bayi. Kondisi bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya ternyata sangat dipengaruhi dari bahan awal pembuatannya. Jika kondisi bahan dasar ( saripati asal  sperma dan sel telur ) berkualitas, artinya suami istri makan dan minum dari  makanan dan minuman yang halal cara memperolehnya  dan thoyyib ( bergizi, bervitamin dan berprotein ) insyaallah anak akan memiliki sifat-sifat mulia dan jasad yang sehat. Tentu hal tersebut bukan jaminan mutlak, apalagi jika bibit unggul tidak dirawat dan dibina alamat kekecewaan yang akan dipetik dan diterima.
            Cukupkah hanya dengan bahan dasar yang baik asa akan terwujud ? Ibarat bibit tanaman kelas wahid harga selangit ditanam asal-asalan tanpa memperhatikan prosedur standar, maka siap-siaplah menggigit jari tanda tak puas hati sebagai konsekuensi. Disinilah dituntut suami-istri harus mempelajari etika dan teknik-teknik berhubungan badan yang Islami di bawah tuntutan syar’i. Bukan berpikiran negatif atau tabu untuk mengetahuinya baik sebelum maupun setelah nikah. Dengan alasan tanpa belajarpun tentang hal tersebut otomatis dapat dilakukan, anak tetap lahir dan  kelakuan anak bisa baik serta beranggapan mengetahui hal tersebut justru dapat melahirkan aksi coba-coba, khususnya anak muda.  Paradigma berpikir seperti itu harus dirubah secara berangsur dengan penjelasan yang bisa diterima akal dan iman.

B. Pengertian dan Manfaat Jima’
            Secara bahasa jima’ memilik arti ; sumber segala sesuatu, tempat bernaung dan berlindung, suatu yang agung dan kiasan dari nikah. Sedangkan menurut istilah Fuqoha adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua pasangan yang sah atau bertemunya dua khitan dari dua pasangan yang sah, jika tidak sah disebut zina.( lihat Fikih Nikah, Panduan Syar’I Menuju Rumah Tangga Islami,Tim Almanar,2003,h.61-62 ).
            Jima’ termasuk nafkah bathiniah yang harus dipenuhi oleh suami, karena ia hak seorang istri. Melakukan jima’ adalah ibadah yang berpahala. Sebagai ibadah tentu ada manfaat yang diperoleh. Ibn Qoyyim Al-Jawziyah     menjelaskan ada tiga tujuan pokok bersetubuh ( lihat Pengobatan Cara Nabi,Pustaka,h.203 ), yaitu ;
1.        Memelihara keturunan dan melangsungkan jenis manusia sehingga sempurnalah bilangan makhluk yang telah ditentukan Allah di dunia ini.
2.        Mengeluarkan air ( sperma ) yang berbahaya jika ditahan karena akan merusak anggota tubuh.
3.        Memenuhi kebutuhan, mendapatkan kesenangan dan merasakan kenikmatan.
Pendapat di atas ternyata disepakati oleh kalangan ulama dan medis. Muhammad ibnu Zakariya menyatakan ; ”Aku melihat sebagian orang yang meninggalkanya ( berjima’) dalam waktu lama maka badan mereka menjadi dingin, gerakan mereka menjadi sulit, mengalami kesusahan tanpa sebab dan selera serta pencernaan mereka menurun ”. Manfaat lain dari bersetubuh adalah dapat menjaga atau menahan pandangan mata dan  mengekang nafsu dari apa yang diharamkan. Sebagian ahli medis mengatakan beberapa manfaat hubungan seksual sah, yaitu memperpanjang usia, membakar kalori, mengusir stres, menjaga kesehatan jantung, menyehatkan sistem pernafasan dan membuat awet muda. Demikianlah sebagian kecil manfaat dan kebaikan dari berhubungan badan.

C. Sebelum Berhubungan Badan
            Hal-hal yang dilakukan pasangan suami istri ( pasutri ) sebelum melakukan hubungan badan adalah sebagai berikut :

1.    Dalam kondisi suci, bersih, berhias, rapi dan wangi.
    Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 222  :š
Terjemahannya : Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[bersetubuh] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[mandi atau berhenti darah]. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.( QS.2:222).
Ayat di atas menjelaskan larangan berhubungan badan sebelum istri dalam keadaan suci   ( mandi janabat ). Pelajaran lain yang bisa diambil yaitu pasutri yang akan melakukan hubungan seksual hendaklah menjaga kebersihan diri masing-masing, sehingga tercipta  suasana segar dan bergairah. Kebersihan yang bisa dilakukan pasutri, antara lain ; berwudhu’, membersihkan mulut, badan, tempat tidur, kamar dan memakai minyak wangi. Nabi bersabda : ” Ambillah kapas ( atau yang serupa ) yang dicampuri misk, lalu besihkan denganya.”    ( HR.Bukhori ). Hadits ini adalah jawaban Rasulullah SAW terhadap shahabiah yang bertanya tentang mandi junub.Perintah Rasulullah SAW tersebut dalam rangka menghilangkan bau tak sedap sehabis haid dan nifas. Selain itu dianjurkan  menjaga kebersihan yang menyangkut dengan khitan dan mencukur rambut kemaluan. Dalam hal ini Nabi bersabda : “ lima perkara termasuk fitrah, yaitu : mencukur bulu kemaluan, khitan, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” ( HR.Jama’ah ).
2.    Menyiapkan Minuman Dan Suplemen Penambah Stamina
Disunahkan seorang suami atau istri meyediakan minuman yang bisa membangkitkan semangat dan membangun kekuatan sebelum melakukan hubungan badan, seperti susu atau minuman suplemen lainnya. Hal ini pernah dilakukan  Rasulullah SAW terhadap Siti Aisyah RA. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh  Ahmad. ” Asma binti Yazid bin As Sakan berkata : ” Aku telah menghias Aisyah untuk Rasulullah SAW., kemudian aku datang memanggilnya untuk melihat Aisyah. Lalu Rasulullah SAW datang dan duduk disampingnya. Segelas susu dihidangkan kepadanya, beliau meminumnya dan selanjutnya memberikan kepada Aisyah. Namun Aisyah menundukkan kepalanya karena malu.” Asma berkata : ” Aku ingatkan Aisyah seraya berkata : Ambil dari tangan Rasululah ”.Akhirnya ia mengambilnya dan meminumnya.”  ( HR. Ahmad ).
Kita perlu selektif dan hati-hati dalam membeli dan mengkomsumsi obat-obatan atau suplemen penambah stamina yang dijual di pasaran agar terhindar dari kemudharatan yang tidak diinginkan.
Berikut ini beberapa resep tradisional penambah stamina ketika melakukan hubungan badan.
a.
3.  Melakukan Pemanasan ( Foreplay )
     Apa saja yang dilakukan pasutri dalam pemanasan ? Jangan bayangkan pemanasan ini seperti olahragawan.Beberapa hal yang dilakukan pasutri dalam pemanasan, sebagai berikut ;
 Pertama, berzikir dengan ta’awuz ( A’uzubillahi minasy- syaithanirrajiim ) dan basmallah ( Bismillahirrahmanirrahiim ), lalu baca do’a :  ” Bismllahi Allahumma Janibna  syaithana wa janibi syaithana maa rozaqtana ”  Artinya : ” Dengan namaMu ya Allah jauhkan kami dari setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang telah Engkau berikan”. Apabila ditakdirkan lahirnya anak, tidak dicelakakan selamanya. Do’a ini bersumber dari hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban dan At-Tirmizi. Perlu diingat do’a cukup dilakukan dalam hati atau sebatas telinga pasutri yang mendengar, artinya jangan berdo’a seperti orang kenduri dan do’a  bisa dengan bahasa yang kita pahami.
Kedua, bercumbu rayu. Wanita biasanya lebih romantis dari laki-laki. Pada saat ini gunakan kata-kata pujian, sanjungan, canda  yang menimbulkan gairah, bahkan Rasulullah SAW dalam hal ini menjelaskan bercumbu ria dengan istri dengan saling menggigit bibir, demikian hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim.
  Ketiga, ciuman. Imam At-Tirmizi meriwayatkan , Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar terlebih dahulu memberikan rangsangan dengan ciuman dan rayuan kepada istri sebelum berhubungan badan. Tentang variasi ciuman anda bisa berinovasi sendiri asalkan halal sehingga ada dalil yang mengharamkannya.
Keempat, sentuhan. Lakukan sentuhan pada bagian-bagian tubuh yang  sensitif, seperti bibir, telinga, leher dengan lembut dan kalem. Pasutri dapat berdiskusi dengan pasangannya untuk mengetahui bagian tubuh yang sensitif sampai yang paling sensitif.
Kelima, pasutri dapat melihat seluruh anggota tubuh ( aurat ) pasangannya sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari. Demikian juga hadits yang diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, Rasulullah bersabda : Jangan perlihatkan auratmu, melainkan kepada istrimu dan budak wanita yang engkau miliki ”.
Keenam, rintihan atau desahan suara pasutri, terutama istri,  dapat menambah gairah dan semangat melakukan hubungan badan suami istri. Sebenarnya masih ada lagi trik-trik foreplay                  ( pemanasan )sebelum berhubungan seksual antara suami istri. Untuk hal tersebut silahkan baca buku-buku yang membahasnya. Namun yang perlu diingat oleh pasutri, lakukan foreplay yang tidak menyalahi ketentuan dan melebihi batasan syar’i.
D. Saat Berhubungan Badan
            Setelah pasutri melakukan pemanasan dengan baik, maka secara fsikologis dan fisiologis mereka siap untuk berhubungan badan. Namun ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dilakukan saat pasutri berjima’ berdasar tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW,   antara lain yaitu :
  1. Lakukan di tempat tertutup, memakai tutup kain / selimut ketika berhubungan,
  2. Tidak berhubungan melalui anus ( dubur ) istri,
  3. Jangan melakukan ’azl ( melepas kemaluan saat mencapai orgasme ) kecuali seizin istri,
  4. Bersetubuhlah setelah tercenanya makanan di dalam perut, artinya tidak pada waktu lapar dan kenyang,
  5.  Ketika bersetubuh tidak saat lelah dan kondisi jiwa tidak stabil.
  6. Kemudian  dilarang bersetubuh ketika istri dalam keadaan haid, nifas, masa iddah, sedang ihram haji atau umroh, ketika puasa dan iktikaf .
  7. Selanjutnya apabila suami akan mencapai puncak orgasme, lalu sperma memancar keluar ucapkan do’a : Allahummaj’al nuthfatuna dzuriyatan thayyibatan”. ( Ya Allah, jadikanlah air mani kami sebagai keturuna yang baik )
  8.  dan berzikir atas nikmat yang dirasakan Alhamdulillahilladzi khalaqa minal maa’i basyaran ”. ( Segala puji bagi Allah yang menciptakan dari air mani menjadi manusia ).
            Dalam melakukan persetubuhan pasutri dapat melakukannya dengan beberapa gaya yang dibenarkan agama, yaitu  :
  1. Posisi suami di atas dan istri di bawah, ini adalah posisi standar yang baik untuk mendapat keturunan.
  2. Sebaliknya bisa juga posisi istri yang di atas dan suami di bawah.
  3. Kemudian ada juga posisi tajbiyah ( suami melakukan penetrasi dari arah belakang istri, namun tetap tertuju pada farji               istri ).
  4. Untuk menghindari kebosanan dan sebagai refreshing pasutri bisa melakukannya dengan posisi berdiri atau posisi duduk.
  5. Pasutri bisa melakukan posisi lain yang disukai namun tidak menyalahi ketentuan agama ( Syara’).

E. Selesai Berhubungan Badan
            Hal apa saja  yang dilakukan pasutri setelah berhubungan badan ? Hal penting yang dilakukan pasutri adalah :
  1. Bersuci dengan mandi wajib ( junub ).
  2. Namun apabila pasutri ingin menyambung atau mengulangi untuk ronde kedua, maka lakukan wudhu’ terlebih dahulu.
  3. Atau jika pasutri tidak mandi wajib langsung setelah berhubungan badan bisa berwudhu’ lalu istirahat tidur. Setelah bangun tidur baru mandi wajib.
  4. Kemudian pasutri tidak dibenarkan menceritakan hubungan badannya kepada orang lain karena hal tersebut rahasia ranjang pasutri yang harus dijaga rapat.
            Sebenarnya jika membaca lebih dalam tentang adab jima’ masih banyak lagi yang harus diketahui pasutri. Namun demikian secara umum adab jima’ yang dijelaskan di atas sudah dapat menjadi pedoman dasar dalam melakukan hubungan badan.

            Demikian beberapa hal yang perlu pasutri ketahui saat  melakukan  ’ pertempuran nikmat di atas ranjang ’ yang bisa menambah investasi pahala dari Allah Ta’ala dan semoga dengan melakukan adab jima’ di bawah petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW,  harapan akan lahirnya generasi madani bisa terwujud. Amiin yaa robbal’alamiin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar