ADAB BERHUBUNGAN BADAN SUAMI ISTRI
Oleh : Muhammad Subhan, S.Ag
Penghulu KUA Kec. Dumai Timur
Kehadiran pasangan suami istri yang sah secara syar’i dan hukum positif
adalah titik awal peradaban dimulai. Kematangan fsikologis, fisiologis serta
kepahaman ilmu berumah tangga dari pasangan suami istri sangat menentukan
kualitas rumah tangga yang akan dijalani. Dengan demikian, harapan melahirkan
keturunan yang memiliki nilai-nilai Robbani, Qur’ani dan Islami sebagai batu
bata masyarakat berperadaban ( madani / civil socity ) akan terwujud.
Hubungan badan ( jima’ ) antara
suami istri yang didasari tunjuk ajar Islam adalah salah satu kunci yang harus
dipahami agar hubungan badan tersebut bernilai ibadah, menguatkan rasa kasih sayang,
menyehatkan juga akan melahirkan generasi yang berbobot dari segi jasadiyah,
ruhiyah dan aqliyah . Realita objektif,
berdasar pengalaman menghadapi calon pengatin ( catin ) ketika pelaksanaan penataran
pra nikah, umumnya mereka kurang bahkan tidak mengetahui adab jima’ yang
paling mendasar untuk dilakukan. Kenyataan ini memang memprihatinkan. Dengan
waktu yang relatif singkat tentu materi adabu jima’ tidak dapat disampaikan
secara komprehensif. Sebagai langkah antisipatif sekaligus PR kepada catin
diharapkan untuk mencari dan mempelajarinya secara mandiri.
Mencermati kondisi di atas perlu ada
solusi riil yang bisa dijadikan bahan bacaan dan petunjuk praktis dalam
melakukan hubungan suami istri. Walaupun saat ini sudah banyak buku-buku yang
membahas permasalahan tersebut. Dalam kesempatan ini , dengan segala
keterbatasan, saya mencoba menyajikan tulisan yang dirangkum dari beberapa buku
yang membahas tentang adab jima’.
A. Bahan Harus Berkualitas
Dalam surat An-Nisa’ ayat pertama
Allah SWT menjelaskan bahwa asal mula manusia - kecuali manusia pertama - dari
seorang laki-laki dan perempuan. Adapun proses terjadinya manusia dimulai dari
petemuan sperma dan sel telur ( ovum ), selanjutnya mengalami proses
perkembangan sebagaimana bisa dibaca pada ayat-ayat Al-Qur’an
yang berkaitan tentang hal tersebut. Akhir dari proses tersebut lahirlah janin
atau bayi. Kondisi bayi dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya ternyata sangat
dipengaruhi dari bahan awal pembuatannya. Jika kondisi bahan dasar ( saripati
asal sperma dan sel telur ) berkualitas,
artinya suami istri makan dan minum dari makanan dan minuman yang halal cara
memperolehnya dan thoyyib ( bergizi,
bervitamin dan berprotein ) insyaallah anak akan memiliki sifat-sifat mulia dan
jasad yang sehat. Tentu hal tersebut bukan jaminan mutlak, apalagi jika bibit
unggul tidak dirawat dan dibina alamat kekecewaan yang akan dipetik dan
diterima.
Cukupkah hanya dengan bahan dasar
yang baik asa akan terwujud ? Ibarat bibit tanaman kelas wahid harga selangit
ditanam asal-asalan tanpa memperhatikan prosedur standar, maka siap-siaplah menggigit
jari tanda tak puas hati sebagai konsekuensi. Disinilah dituntut suami-istri
harus mempelajari etika dan teknik-teknik berhubungan badan yang Islami di bawah
tuntutan syar’i. Bukan berpikiran negatif atau tabu untuk mengetahuinya baik
sebelum maupun setelah nikah. Dengan alasan tanpa belajarpun tentang hal tersebut
otomatis dapat dilakukan, anak tetap lahir dan
kelakuan anak bisa baik serta beranggapan mengetahui hal tersebut justru
dapat melahirkan aksi coba-coba, khususnya anak muda. Paradigma berpikir seperti itu harus dirubah secara
berangsur dengan penjelasan yang bisa diterima akal dan iman.
B. Pengertian dan Manfaat Jima’
Secara bahasa jima’ memilik arti ;
sumber segala sesuatu, tempat bernaung dan berlindung, suatu yang agung dan
kiasan dari nikah. Sedangkan menurut istilah Fuqoha adalah hubungan seksual
yang dilakukan oleh dua pasangan yang sah atau bertemunya dua khitan dari dua
pasangan yang sah, jika tidak sah disebut zina.( lihat Fikih Nikah, Panduan
Syar’I Menuju Rumah Tangga Islami,Tim Almanar,2003,h.61-62 ).
Jima’ termasuk nafkah bathiniah yang
harus dipenuhi oleh suami, karena ia hak seorang istri. Melakukan jima’ adalah
ibadah yang berpahala. Sebagai ibadah tentu ada manfaat yang diperoleh. Ibn
Qoyyim Al-Jawziyah menjelaskan
ada tiga tujuan pokok bersetubuh ( lihat Pengobatan Cara Nabi,Pustaka,h.203
), yaitu ;
1.
Memelihara keturunan dan melangsungkan jenis manusia
sehingga sempurnalah bilangan makhluk yang telah ditentukan Allah di dunia ini.
2.
Mengeluarkan air ( sperma ) yang berbahaya jika ditahan karena
akan merusak anggota tubuh.
3.
Memenuhi kebutuhan, mendapatkan kesenangan dan merasakan
kenikmatan.
Pendapat
di atas ternyata disepakati oleh kalangan ulama dan medis. Muhammad ibnu
Zakariya menyatakan ; ”Aku melihat sebagian orang yang meninggalkanya (
berjima’) dalam waktu lama maka badan mereka menjadi dingin, gerakan mereka
menjadi sulit, mengalami kesusahan tanpa sebab dan selera serta pencernaan
mereka menurun ”. Manfaat lain dari bersetubuh adalah dapat menjaga atau
menahan pandangan mata dan mengekang
nafsu dari apa yang diharamkan. Sebagian ahli medis mengatakan beberapa manfaat
hubungan seksual sah, yaitu memperpanjang usia, membakar kalori, mengusir
stres, menjaga kesehatan jantung, menyehatkan sistem pernafasan dan membuat
awet muda. Demikianlah sebagian kecil manfaat dan kebaikan dari berhubungan
badan.
C. Sebelum Berhubungan Badan
Hal-hal yang dilakukan pasangan
suami istri ( pasutri ) sebelum melakukan hubungan badan adalah sebagai berikut
:
1.
Dalam kondisi suci, bersih, berhias, rapi dan wangi.
Allah SWT berfirman dalam surat
Al-Baqoroh ayat 222 :
Terjemahannya
: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah
suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[bersetubuh]
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka
suci[mandi atau berhenti darah]. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri.( QS.2:222).
Ayat
di atas menjelaskan larangan berhubungan badan sebelum istri dalam keadaan
suci ( mandi janabat ). Pelajaran lain
yang bisa diambil yaitu pasutri yang akan melakukan hubungan seksual hendaklah
menjaga kebersihan diri masing-masing, sehingga tercipta suasana segar dan bergairah. Kebersihan yang
bisa dilakukan pasutri, antara lain ; berwudhu’, membersihkan mulut, badan,
tempat tidur, kamar dan memakai minyak wangi. Nabi
bersabda : ” Ambillah kapas ( atau yang serupa ) yang dicampuri misk, lalu
besihkan denganya.” (
HR.Bukhori ). Hadits ini adalah jawaban Rasulullah SAW terhadap shahabiah
yang bertanya tentang mandi junub.Perintah Rasulullah SAW tersebut dalam rangka
menghilangkan bau tak sedap sehabis haid dan nifas. Selain
itu dianjurkan menjaga kebersihan yang
menyangkut dengan khitan dan mencukur rambut kemaluan. Dalam hal ini Nabi
bersabda : “ lima perkara termasuk fitrah, yaitu : mencukur bulu kemaluan,
khitan, mencukur kumis, mencabut bulu ketiak dan memotong kuku.” ( HR.Jama’ah
).
2.
Menyiapkan Minuman Dan Suplemen Penambah Stamina
Disunahkan seorang suami atau istri meyediakan minuman yang bisa
membangkitkan semangat dan membangun kekuatan sebelum melakukan hubungan badan,
seperti susu atau minuman suplemen lainnya. Hal ini
pernah dilakukan Rasulullah SAW terhadap
Siti Aisyah RA. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad. ” Asma binti Yazid bin As Sakan
berkata : ” Aku telah menghias Aisyah untuk Rasulullah SAW., kemudian aku
datang memanggilnya untuk melihat Aisyah. Lalu Rasulullah SAW datang dan duduk
disampingnya. Segelas susu dihidangkan kepadanya, beliau meminumnya dan
selanjutnya memberikan kepada Aisyah. Namun Aisyah menundukkan kepalanya karena
malu.” Asma berkata : ” Aku ingatkan Aisyah seraya berkata : Ambil dari tangan
Rasululah ”.Akhirnya ia mengambilnya dan meminumnya.” ( HR. Ahmad ).
Kita perlu selektif dan hati-hati dalam membeli dan mengkomsumsi
obat-obatan atau suplemen penambah stamina yang dijual di pasaran agar
terhindar dari kemudharatan yang tidak diinginkan.
Berikut ini beberapa resep tradisional penambah stamina
ketika melakukan hubungan badan.
a.
3. Melakukan Pemanasan ( Foreplay )
Apa saja
yang dilakukan pasutri dalam pemanasan ? Jangan bayangkan pemanasan ini seperti
olahragawan.Beberapa hal yang dilakukan pasutri dalam pemanasan, sebagai
berikut ;
Pertama, berzikir
dengan ta’awuz ( A’uzubillahi minasy- syaithanirrajiim ) dan basmallah (
Bismillahirrahmanirrahiim ), lalu baca do’a : ” Bismllahi Allahumma Janibna syaithana wa janibi syaithana maa rozaqtana ”
Artinya : ” Dengan namaMu ya
Allah jauhkan kami dari setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang telah
Engkau berikan”. Apabila ditakdirkan lahirnya anak, tidak dicelakakan
selamanya. Do’a ini bersumber dari hadits yang diriwayatkan Imam
Bukhari, Muslim, Ibnu Hibban dan At-Tirmizi. Perlu diingat do’a cukup dilakukan
dalam hati atau sebatas telinga pasutri yang mendengar, artinya jangan berdo’a
seperti orang kenduri dan do’a bisa
dengan bahasa yang kita pahami.
Kedua, bercumbu rayu. Wanita biasanya lebih romantis dari
laki-laki. Pada saat ini gunakan kata-kata pujian, sanjungan, canda yang menimbulkan gairah, bahkan Rasulullah
SAW dalam hal ini menjelaskan bercumbu ria dengan istri dengan saling menggigit
bibir, demikian hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim.
Ketiga, ciuman. Imam At-Tirmizi
meriwayatkan , Nabi Muhammad SAW menganjurkan agar terlebih dahulu
memberikan rangsangan dengan ciuman dan rayuan kepada istri sebelum berhubungan
badan. Tentang variasi ciuman anda bisa berinovasi sendiri asalkan halal
sehingga ada dalil yang mengharamkannya.
Keempat, sentuhan. Lakukan sentuhan pada bagian-bagian tubuh
yang sensitif, seperti bibir, telinga,
leher dengan lembut dan kalem. Pasutri dapat berdiskusi dengan pasangannya
untuk mengetahui bagian tubuh yang sensitif sampai yang paling sensitif.
Kelima, pasutri dapat melihat seluruh anggota tubuh ( aurat )
pasangannya sebagaimana dijelaskan Ibnu Hajar dalam kitabnya Fathul Baari. Demikian juga hadits yang
diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, Rasulullah bersabda : ” Jangan
perlihatkan auratmu, melainkan kepada istrimu dan budak wanita yang
engkau miliki ”.
Keenam, rintihan atau desahan suara pasutri, terutama istri, dapat menambah gairah dan semangat melakukan
hubungan badan suami istri. Sebenarnya masih ada lagi trik-trik foreplay ( pemanasan )sebelum
berhubungan seksual antara suami istri. Untuk hal tersebut silahkan baca
buku-buku yang membahasnya. Namun yang perlu diingat oleh pasutri, lakukan
foreplay yang tidak menyalahi ketentuan dan melebihi batasan syar’i.
D. Saat Berhubungan Badan
Setelah pasutri melakukan pemanasan
dengan baik, maka secara fsikologis dan fisiologis mereka siap untuk berhubungan
badan. Namun ada beberapa hal yang perlu diketahui dan dilakukan saat pasutri berjima’
berdasar tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW, antara lain yaitu :
- Lakukan di tempat tertutup, memakai tutup kain / selimut ketika
berhubungan,
- Tidak berhubungan melalui anus ( dubur ) istri,
- Jangan melakukan ’azl ( melepas kemaluan saat mencapai orgasme )
kecuali seizin istri,
- Bersetubuhlah setelah tercenanya makanan di dalam perut, artinya tidak
pada waktu lapar dan kenyang,
- Ketika bersetubuh tidak saat
lelah dan kondisi jiwa tidak stabil.
- Kemudian dilarang bersetubuh
ketika istri dalam keadaan haid, nifas, masa iddah, sedang ihram haji atau
umroh, ketika puasa dan iktikaf .
- Selanjutnya apabila suami akan mencapai puncak orgasme, lalu sperma
memancar keluar ucapkan do’a : ”Allahummaj’al
nuthfatuna dzuriyatan thayyibatan”.
( Ya Allah, jadikanlah air mani kami sebagai keturuna yang baik )
- dan berzikir atas nikmat yang
dirasakan ” Alhamdulillahilladzi
khalaqa minal maa’i basyaran ”.
( Segala puji bagi Allah yang menciptakan dari air mani menjadi manusia ).
Dalam melakukan persetubuhan pasutri
dapat melakukannya dengan beberapa gaya yang dibenarkan agama, yaitu :
- Posisi suami di atas dan istri di bawah, ini adalah posisi standar
yang baik untuk mendapat keturunan.
- Sebaliknya bisa juga posisi istri yang di atas dan suami di bawah.
- Kemudian ada juga posisi tajbiyah ( suami melakukan penetrasi
dari arah belakang istri, namun tetap tertuju pada farji istri ).
- Untuk menghindari kebosanan dan sebagai refreshing pasutri bisa
melakukannya dengan posisi berdiri atau posisi duduk.
- Pasutri bisa melakukan posisi lain yang disukai namun tidak menyalahi
ketentuan agama ( Syara’).
E. Selesai Berhubungan Badan
Hal apa saja yang dilakukan pasutri setelah berhubungan
badan ? Hal penting yang dilakukan pasutri adalah :
- Bersuci
dengan mandi wajib ( junub ).
- Namun
apabila pasutri ingin menyambung atau mengulangi untuk ronde kedua, maka
lakukan wudhu’ terlebih dahulu.
- Atau
jika pasutri tidak mandi wajib langsung setelah berhubungan badan bisa
berwudhu’ lalu istirahat tidur. Setelah bangun tidur baru mandi wajib.
- Kemudian
pasutri tidak dibenarkan menceritakan hubungan badannya kepada orang lain
karena hal tersebut rahasia ranjang pasutri yang harus dijaga rapat.
Sebenarnya jika membaca lebih dalam
tentang adab jima’ masih banyak lagi yang harus diketahui pasutri. Namun
demikian secara umum adab jima’ yang dijelaskan di atas sudah dapat menjadi
pedoman dasar dalam melakukan hubungan badan.
Demikian beberapa hal yang perlu
pasutri ketahui saat melakukan ’ pertempuran nikmat di atas ranjang ’ yang
bisa menambah investasi pahala dari Allah Ta’ala dan semoga dengan melakukan
adab jima’ di bawah petunjuk Allah SWT dan Rasulullah SAW, harapan akan lahirnya generasi madani bisa
terwujud. Amiin yaa robbal’alamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar